7.4.11

Sapa Semut

Kegiatan nongkrong asik di kamar mandi udah jadi kebiasaan saat mandi. Sambil nongkrong, biasanya pikiran saya suka mengawang-awang entah kemana. Mikir mulai dari hal-hal kecil, besar, mungkin, tidak mungkin, bersih, kotor, dan banyak hal lainnya. Tapi awang-awang saya tadi sedikit terbuyarkan dengan kehadiran semut-semut yg ada di dinding kamar mandi.

Rombongan semut ini nampak melewati nat yang ada di antara ubin dinding kamar mandi, teratur sekali. Dari alur yang saya ikuti, nampak ada dua arah perjalanan yg saling berlawanan. Langkah kaki mereka cukup cepat untuk ukuran semut (ya saya gak tau sih cepatnya semut berjalan itu seberapa cepat, tapi itu tadi nampak cukup cepat menurut saya).

Yang menjadi fokus perhatian saya adalah perhentian mereka. Entah ini ritme langkah mereka atau bagaimana, kenyataan yang saya lihat adalah setiap mereka bertemu dengan semut lain yang berlawanan arah, mereka selalu berhenti sejenak. Dan itu dilakukan tanpa terkecuali, mereka berhenti sebentar kemudian melanjutkan perjalanannya lagi. Jika di depan bertemu semut lainnya, mereka berhenti lagi, dan jalan lagi, begitu seterusnya.

Seketika pikiran saya langsung berpikir. Mereka itu berhenti untuk saling tegur sapa atau apa ya. Saya sungguh penasaran dengan percakapan mereka. Percakapan singkat di tengah perjalanan. Mungkin hanya sekedar untuk bertegur sapa atau memberi semangat dalam perjalanan.

Apa yang dilakukan semut-semut ini sungguh pasti jarang ditemukan di kehidupan sehari-hari. Tanpa terkecuali mereka berhenti dan saling tegur sapa. Coba tanya kepada diri kita masing-masing, pernah kah kita saling tegur sapa dengan semua orang yang kita temui di jalan? Bahkan untuk menyapa orang yang kita kenal saja terkadang mulut ini cukup malas untuk dibuka. Atau bahkan kita justru menghindar agar tidak perlu bertemu dengan orang yang kita kenal.

Saya pun suka berbuat demikian. Bukan alasan sombong atau apa, saya bukan tipe orang yang menyapa. Saya tipe orang yang disapa (eh ini bukan mengindikasikan saya orang yang sombong dan harus akan perhatian kan?). Entah kenapa, saya merasa canggung untuk menyapa orang duluan, takut salah orang, takut obrolan selanjutnya tidak nyambung, dan sejuta alasan lainnya untuk tidak menyapa duluan.

Belajar dari sapaan semut di kamar mandi tadi, seharusnya kita bisa mencontoh apa yang mereka kerjakan. Toh, tidak ada ruginya kan kita saling sapa di jalan. Bahkan menurut agama hal itu bisa menjalin silaturahmi antar umat manusia.

Jadi, mulai sekarang, kalau bertemu saya di jalan, tolong disapa ya, hehehe..